Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Manajemen dan Manajer

Kata manajemen dan manajer itu sangat sering kita baca dan dengar, bahkan mungkin telah melekat sangat dalam di telinga kita, demikian juga telah banyak orang yang memang sudah memahaminya, tetapi tentu juga ada yang bertanya-tanya, apa sih sebenarnya manajemen itu, apa pula itu, apa memang perlu dimengerti?




Tulisan ini tentu tidak dibutuhkan bagi masyarakat yang sudah banyak pengalaman melaksanakan tugas pekerjaannya sebagai pemegang jabatan dalam posisinya di suatu lembaga perusahaan, pemerintah, atau lembaga organisasi pada umumnya, juga tidak diperlukan bagi mereka yang sudah pernah mempelajarinya dalam kuliah atau seminar tentang manajemen.


Namun, bagi ibu-ibu yang bukan wanita karier, dengan tanpa bermaksud untuk meng-“under estimate” kompetensi ibu-ibu yang dalam kesehariannya beraktivitas mengurus rumah tangga, tetapi kemudian terpanggil untuk ikut melakukan pelayanan ibu-ibu kelompok ( misalnya ; pengurus arisan ), demikian juga bagi para muda remaja yang mulai terlibat dalam aktivitas karang taruna / Mudika misalnya, dengan ikut serta mengurusi suatu komisi atau kepanityaan, kiranya tulisan ini bisa sedikit membantu sebagai bimbingan awal sederhana yang memadai tentang manajemen.

Definisi Manajemen :
Asal kata “manajemen” adalah dari bahasa Inggris “management”, berbentuk kata benda, sedangkan kata kerjanya adalah “to manage”, yang artinya mengelola sesuatu, lalu secara populer pengertian “mengelola” adalah “mengurus suatu pekerjaan”, di mana ada pekerjaan berskala kecil tetapi juga bisa berskala besar, lebih lanjut apabila skala pekerjaannya makin besar, mengurusnya juga akan menjadi makin rumit (complicated), sehingga lalu berkembang dan tumbuh memunculkan suatu disiplin ilmu tersendiri, yaitu “ilmu manajemen”.


Sebenarnya di dalam kesehariannya, setiap orang itu tanpa disadari sudah melakukan “pekerjaan manajemen”, misalnya si A meminta tolong temannya melakukan sesuatu untuk kepentingannya, disebabkan karena si A sedang sibuk melakukan kegiatan lain yang tidak bisa ditinggalkan.


Ungkapan di atas memang benar beralasan, karena secara alami kemampuan setiap manusia itu terbatas, di mana pada tubuhnya hanya diperlengkapi dengan seperangkat panca indera saja (terdiri dari satu mulut, sepasang mata, telinga, kaki, dan tangan), dan biasanya juga ditambah lagi dengan adanya keterbatasan waktu untuk menyelesaiakn suatu pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Karena dalam kehidupannnya manusia harus mengerjakan banyak kegiatan, sudah barang tentu bahwa semua itu tidak akan mungkin bisa diselesaikan sendirian, sehingga manusia lalu membutuhkan orang lain untuk membantunya.


Dari ilustrasi di atas, menjadi mudah dimengerti bahwa inti sari dari arti “ilmu manajemen” lalu bisa dipahami sebagai “ilmu yang digunakan untuk melipatgandakan kemampuan seseorang” agar bisa menjalankan pekerjaan yang begitu banyak.


Demikian juga, karena dalam rangka bisa menjalankan pekerjaannya tersebut seseorang dibantu orang lain, maka “manajemen” juga bisa didefinisikan dengan kalimat “seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan cara meminjam tangan orang lain”, disertai kesadaran bahwa agar supaya pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain yang membantunya tersebut bisa menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginannya, maka proses pekerjaan yang dilakukan orang lain tersebut harus tetap dibimbing dan diawasi secukupnya.


Aktivitas “menyuruh” orang lain untuk mengerjakan sesuatu dalam rangka bisa membantunya tersebut, dalam ilmu manajemen disebut “mendelegasikan”, sedangkan yang menerima tugas untuk membantu dinamakan sebagai “delegasi”. Dengan demikian “delegasi” menerima dan mengerjakan tugas yang didelegasikan kepadanya, dan biasanya yang memberikan pendelegasian adalah atasannya di dalam organisasi yang bersangkutan.


Di dalam banyak buku manajemen, berpuluh-puluh definisi manajemen ditulis oleh para ahli dengan kalimat yang berbeda-beda, tetapi pada intinya mempunyai substansi pengertian yang hampir sama dengan yang sudah disebutkan di atas.


Salah satu definisi manajemen dari para ahli tersebut ialah bahwa “manajemen” adalah merupakan rangkaian langkah-langkah ( kegiatan ) dari sekelompok orang secara terpadu, dengan maksud dan tujuan untuk mencapai sasaran yang sebelumnya sudah ditetapkan.


Penggunaan kata “manajemen” sebagai kelompok pimpinan :


Kita sering membaca dalam mass media, bahwa bila ada suatu kegagalan dalam pengelolaan suatu lembaga, banyak yang menyalahkan bahwa yang bertanggung jawab atas kegagalan tersebut adalah “manajemennya” yang dikatakan kurang mampu, dan sebagainya. Yang dimaksud dengan kata “manajemen” di sini ialah para “pemegang jabatan di kelompok strata atas” dari lembaga tersebut. Apabila lembaga tersebut suatu perusahaan pengertian “manajemen” di sini ialah “para direktur dan komisaris (board of directors & board of commissioner)”.


Dengan demikian “Manajemen” juga bisa dimengerti sebagai “kelompok pimpinan atau kelompok orang yang bersama-sama melakukan kegiatan memimpin suatu lembaga”.

Di dalam lembaga gereja, yang bisa disebut “manajemen” adalah majelis gereja yang terdiri dari ketua majelis beserta para anggota majelis.

Manajer :

Sudah sangat dikenal, bahwa untuk memudahkan pengaturan tugas pekerjaan, biasa disusun suatu bagan organisasi, yaitu suatu jaringan yang membentuk simpul-simpul yang saling dihubungkan satu dengan yang lain secara vertikal maupun horisontal, yang padanya ditempatkan orang-orang sebagai pemegang jabatannya. Dengan bagan organisasi tersebut sangat jelas digambarkan, siapa mengerjakan apa, dan siapa di bawah siapa, atau siapa membawahi siapa.


Pemegang jabatan tiap-tiap simpul di dalam teori manajemen disebut sebagai “manajer”, yaitu orang yang bertugas untuk mengelola (memanej) pekerjaan yang dibebankan dalam kelompoknya.


Pengelola pekerjaan paling tinggi biasa disebut “manajer puncak (top manager)”, di bawahnya disebut “manajer-manajer menengah (middle manager), sedangkan paling bawah adalah “manajer terbawah (lowest manager)”.


Tampak bahwa top manager membawahi dan mengkoordinasikan pekerjaan para manajer yang berposisi langsung di bawahnya (manajer menengah strata-1), lalu manajer menengah strata-1 tersebut membawahi dan mengkoordinasikan para manajaer menengah strata-2 yang langsung dibawahnya lagi, begitu seterusnya dilaksanakan secara berjenjang sampai kepada manajer terbawah, sedangkan manajer terbawah mempunyai sekelompok anak buah sebagai delegasinya untuk langsung melaksanakan pekerjaan yang memang menjadi porsi tugasnya.


Jadi, yang disebut “manajer” adalah semua orang yang memiliki anak buah yang harus dikelola untuk menjalankan suatu tugas pekerjaan, bahkan ketua kelompok terkecil juga disebut sebagai manager, misalnya “ketua satpam” yang membawahi beberapa orang anggota satpam.


Eselon (Echelon) :


Beberapa lembaga, terutama lembaga pemerintahan, memberikan echeloniring pada setiap jabatan berdasarkan pada struktur organisasainya, di mana sangat jelas terlihat tingkatan-tingkatan horizontal sekelompok simpul jabatan mulai dari kelompok tertinggi, dan sterusnya ke bawah. Untuk organisasi yang konsisten tersusun secara structural, pemberian echeloniring tersebut sangat mudah, tetapi karena suatu kebutuhan yang dianggap pernting, beberapa jabatan terkadang perlu ditambahkan dalam organisasi, biasanya merupakan sub lembaga yang tidak berstatus struktural, sehingga pemberian tingkat eselonnya dilakukan dengan kebijaksanaan manajer puncak, sesuai dengan tingkat beban pekerjaan yang diembannya.


Echeloniring diperlukan untuk memudahkan pengaturan dalam pemberian gaji dan tunjangan bagi para pejabatnya. Kegunaan dari pemberian echelonering tersebut kemungkinan bisa digunakan sebagai dasar untuk bisa melakukan pembinaan sumber daya manusia (sdm), yang akan bisa memudahkan dalam melakukan regenerasi bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Sumber: http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2010/12/12/konsep-sebuah-manajemen-dan-seorang-manajer/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar